Nyawa Punya Siapa?
Tadi pagi sekitar pukul 03.45, saya mendapat berita duka, tetangga saya meninggal dunia karena tertabrak bus saat pulang dari kerja. Beliau pulang karena mau makan sahur di rumah, tapi ternyata Allah berkehendak lain padanya. Padahal dia belum begitu tua, usianya baru 55 tahun. Raut mukanya pun masih seger. Malam sebelum kejadian ini, dia masih dalam keadaan sehat dan bugar, bahkan masih sempat berbincang2 dengan ayah saya di sawah saat mengairi sawah. Tak disangka pagi harinya, dia sudah tiada. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan keluarganya. Saya juga tidak bisa membayangkan, seandainya suatu saat nanti hal itu terjadi pada saya. Bagaimana rasanya ditinggal orang yg kita sayangi? Pastilah sangat menyedihkan.
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. 3:145)
Sahabat, ini bisa menjadi renungan bagi kita semua. Kita tidak tahu kapan kita akan berpulang kepada-Nya. Kita tidak tahu, sampai kapan kita masih dibutuhkan sutradara untuk memainkan peran kita di panggung dunia ini. Kita tidak tahu kapan kita akan pensiun. Daun yang berguguran bukan hanya daun yang sudah menguning, tapi daun yang masih segar dan hijau pun banyak yang berguguran. Begitu juga dengan nyawa kita....
Sampai berapa lama ia akan bertahan di dalam jasad?
Sampai kapankah ia akan menemani jasad ini?
Sampai kapankah ia akan bersama jasad ini, sampai ia merasa bosan dan pergi?
Sampai kapankah ia masih mau menjaga jasad ini, agar tetap bisa beraktivitas?
Sampai kapankah ia mau dititipkan ke dalam jasad ini?
Sahabat, kita tidak tahu semua itu akan terjadi. Nyawa hanyalah milik Allah, dan hanya Allah lah yang berhak memelihara dan mengambilnya dari jasad ini.
Sahabat, apakah nyawa ini sudah siap berpisah dengan jasadnya, untuk menghadap kepada-Nya. Apa yang akan kita bawa menghadap-Nya sahabat, bila kita masih bergelimang dg maksiat. Kita masih suka bermaksiat kepada-Nya. Sebelum semua itu terjadi, kita harus mempersiapkan itu semua sejak sekarang. Jangan sampai kita menyesalinya setelah ruh ini berpisah dengan raganya. Bila semua itu sudah terjadi, maka tidak akan ada gunanya kita hidup selama ini.
Sahabat, ruh ini hanya tinggal di jasad satu kali, tidak lebih. Jangan sia2kan ruh ini sebelum ia pergi. Mumpung ia belum pergi meninggalkan jasad ini. Mari kita bersihkan ruh kita, agar apabila waktunya telah tiba kita tidak akan menyesalinya.
0 komentar:
Posting Komentar